Kamis, 28 Juli 2011

MENGENAL IMAM AL' BUSAIRI DAN SYAIR BURDAHNYA

     Dilahirkan di kota Dulash dengan nama Ibn Sa'id Ibn Hammad Al - Dilash Al- Busairi pada tahun 608 H. kemudian dia di besarkan di kota Busyair  dan wafat di sana pada tahun 696 H. Ayahnya berasal dari kota Dulash, maka dari itu dia di nisbah namanya adalah Al- Dulashi, namun ia lebih di kenal dengan nama Al- Busairi karena di nisbahkan kepada nama desa ibunya yaitu Busair ( seperti di ungkapkan dalam buku " Al- Khathath Al- Taufiqiyah, Sejak kecil bakat Syair  sudah tampak pada diri Al- Busairi
     Pertama kali Al- Busairi bekerja di tenaga pencatat pajak di kota blibis, yang kini merupakan pusat dari kota di propinsi Al- Syarqiyah. tapi sayangnya dia tidak menyukai pekerjaan sebagai pencatat tenaga pajak,  karena saat itu budaya suap menyuap telah membudaya di kalangan  mereka. dan menurutnya  para pegawainya sudah rusak pada masa itu karena hal itulah dia tidak lagi tertarik akan pekerjaannya, dan memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan  tersebut.
     Kemudian Ia meninggalkan Blibis dan pindah ke Iskandariyah (Alexsandira). Pada saat itu  tarekat Syadziliyah yang didirkan oleh  Abu Al- Hasan Al- Syadzili sudah tersebar di Alexsandria Mesir. Karena kekagumanya pada Abu Al Abbas Al Mursyi sorang murid dan juga Khalifah pengganti Abu Al Hasan Al- Syadzili, Al Busairi pun  mengikuti tarekatnya dan ikut menjadi salah satu muridnya yang paling terkenal bersama dengan Ibnu " Athaillah Al- Sakandari" yang menulis buku "Al Hikam".
     Pada suatu ketika Al- Busairi mendapat musibah, separuh badannya lumpuh sehingga seluruh aktivitasnya hanya dapat di lakukan dengan cara duduk. Dengan harapan Allah SWT akan menyembuhkan lumpuhnya, lalu ia menyusun Kasidah " Al- Burdah". Kasidah inilah akhirnya yang banyak di  terjemahkan ke berbagai bahasa pada saat ini, karena di dalamnya terdapat makna - makna yang sangat indah.
Kemudian mimpi  dan kasidah Al- Busairi itu tersebar luas hingga tersengar oleh Al-Shahib Bahauddin, Sorang menteri penguasa Al- Dhahir Bandaqdari. Al Shahib Bahauddin adalah orang yang membeli Monumen Kenabian dari Bani Ibrahim di kota Yanbu dan membangun monumen yang panajang itu di atas sungai Nil, yaitu di sebuah tempat yang sekarang di kenal dengan nama Monumen Kenabian.
     Al- Shahib Bahauddin mencari Al- Busairi untuk mendengarkan kasidahnya, Ia mendengarkan langsung dari Al- Busairi,  dengan berdiri dan menundukkan kepala demi menghormati dan memuliakan Nabi Muhammad SAW.
      Menurut riwayatnya Al- Busairi menuliskan kasidah ini dengan tangannya  sendiri dan untuk di baca  dari waktu ke waktu, atau dibaca ketika ada yang sakit. dan Syair Burdah tersebut di baca berulang - ulang  di sepanjang hidupnya.
     Dan riwayat juga mengatakan "Sesungguhnya Rasulullahlah yang menyempurnakan bait - bait Al- Busairi". Al- Busairi telah menuliskan "Sebatas pengetahuan bahwa ia adalah manusia". pada saat itu Busairi tidak punya inspirasi lagi untuk melanjutkan bait, kemudian datanglah Rasulullahlah dalam mimpinya dan Beliau menyempurnakan bait Al- Busairi.
     Kasidah inilah yang cukup terkenal  dan selalu di ulang - ulang  oleh semua orang sejak jaman Al- Busairi hingga sekarang.
      Ketika Al- Busairi berdo'a  dan menundukan diri untuk memohon kepada Alla SWT  dengan wasilah  Rasulullah SAW untuk menghilangkan kesusahannya, Dia bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, kemudian sakitnya menjadi sembuh. ini adalah rahasia kebesaran Allah yang tak seorang pun dapat mengungkapkanya. Sungguh kecintaanya yang tulus  kepada Nabi Muhammad SAW  yang selalu menempati hati Al- Busairi, dan Ia terus menumbuhkan kasidah untuk mengungkapkan keindahan  dan cintanya yang besar kepada  pembawa Risalah itu.
     Kasidah ini di awali dengan Syair cinta, yang termasuk syair  Hijaziyah dari tempat yang bernama  Dzu Salam, di mana syairnya  bertiup dan mengandung ungkapan  dari tempat keluarnya napas.

Ini adalah Syair pertama yang di buat oleh Al- Busairi

" Apakah sebab nostalgia dengan tetangga di Dzi Salam
kamu mencucurkan air mata darah
yang mengalir dari bola mata
atau angin yang bertiup sepoi - sepoi
dari tempat keluarnya napas
kilat berkilat di kegelapan karena marah
apalah kedua matamu
jika kamu mengucapkan cukup,
kemudia kamu perhatikan
apalah kedua hatimu
jika kamu mengucapkan sadar lah
kemudian kamu khawatir
apakah tumpahan di anggap
bahwa cinta tersembunyi
diantara yang tercurahkan dan tersebarkan
wahai pencaci di udara ketidak mampuan
karena ketidakmampuanku hanya kepadamu
biarpun kamu ungkapkan
tetapi tidak bisa menghinaku"

     Berikut ada beberapa Syair Burdah al- Busairi :

Sungguh tidak akan menenangkan hati mu
meski kau berusaha menaha gejolaknya
sungguh tidak akan menghibur redam hati mu
meski berkali kau mencoba menghiburnya

Adakah orang menyangka
cinta bisa bersembunyi
di saat ia tengah mengalir dengan deras
dan menyala-nyala?

Jika tidak karena cinta
bagaimana bisa kau bersimbah air mata
jika tidak akan kenangan akan dirinya
lantas untuk apa, semalaman
kau duduk di dekat reruntuhan runahnya
terjaga sepanjang malam
di antara hamparan pohon - pohon Ban

Andai ku tahu sejak awal
ku tak kan sanggup menghormatinya
niscaya sudah ku sembunyikan diri sejak lama
di balik warna gelap gulita

Jangan kau berangan - angan 
bahwa dengan maksiat,
nafsu bisa di kalahkan.
Maksiat itu makanan
yang justu membuatnya makin kuat,
buas dan kejam






Tidak ada komentar:

Posting Komentar